“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada
alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang
lain bisa sukses, kita pun bisa sukses!”
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam
kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu
hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali
kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos:
aku tidak beruntung, nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi
menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan” Tuhan.
Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama
manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan
orang lain. Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan
monopoli orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa
sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di
dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah
sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan
dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi
menapaki puncak tangga kesuksesan.
Sahabat, belajar pada ombak dilautan.
Pernahkah kita memperhatikan ombak di lautan ? Selalu ada ombak besar dan juga ombak kecil .
Begitu indah rasanya bisa memandang gulungan gulungan
ombak yang datang silih berganti. Sang ombak besar selalu tampak
bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria menikmati
kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan dirinya yang besar
dan gagah perkasa.
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar,
tampak sang ombak kecil terseok seok berusaha mengikuti gerakan sang ombak
besar. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di
belakang, sementara sang ombak kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana
pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan dan
menyesali keadaan nya, Kenapa ya aku begitu lebih lemah dan tak berdaya?
Suatu saat , ombak kecil bermaksud bertanya pada sang
ombak besar. Sambil tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar.
Tunggu!”
Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak
besar. Lalu sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar
mendekati arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan
suara menggelegar hebat.
“Aduh .pelankan dong suaramu. Aku mau tanya nih , mengapa engkau bisa begitu besar? Begitu kuat, gagah, dan perkasa?
Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan tak berdaya. Apa
sesungguhnya yang
membuat kita begitu berbeda, wahai ombak besar?”
Dengan bijak sang Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku,
kamu menganggap dirimu kecil dan tidak berdaya, dan menganggap aku begitu hebat
dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum
mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu snediri”.
“Jatidiri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak
kecil, lalu aku ini apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin
bingung dan tidak mengerti.”
Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa
berbeda tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil,
aku pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita
yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu
menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi, kamu
adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku,
kuat gagah dan perkasa.” Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak
timbul kesadaran dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil.
Jati diriku adalah air, kenapa aku harus berkecil hati dan menderita.”
Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan
menemukan potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya,
ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat,
dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya,
mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih besar
dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh
hikmat dan kesadaran.
salam
Irma Sustika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar